Borneostory – Kabar hengkangnya Rifqinizami dari Partai PDI Perjuangan menjadi perbincangan ramai.
Pengamat sekaligus akademisi Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Samahuddin Muharram menyebut perihal hengkangnya Rifqi ini sebagai ambisi politik yang berlebihan. Mengapa?
Jangan sentimen dulu. Samahuddin punya alasannya. Pertama, ia menyayangkan mundurnya Rifqi dari PDIP.
Menurutnya, jika motivasi mundur ini sekadar ingin jadi calon gubernur, mestinya tak usah hengkang.
“Beda hal kalau pindah partai buat maju ke legislatif,” ujarnya, Senin (28/8).
Kata dia, mundurnya Rifqi dari PDIP ini patut dipertanyakan. Pasalnya, ia juga sekaligus mundur dari kursi parlemen Senayan.
“Itu bentuk penghianatan terhadap rakyat yang memilihnya. Karena maju calon gubernur saat ini tidak perlu mundur di DPR RI,” tegasnya.
Oleh sebab itu, ia menilai mundurnya Rifqi dari PDIP ini merupakan ambisi yang berlebihan.
“Semestinya Rifqi dengan ambisi mau maju ke Pilgub tak perlu mengkhianati masyarakat Kalsel. Toh tahapan Pilkada saja belum dimulai,” sindirnya.
Lantas disinggung soal peluang Rifky masuk dalam bursa calon gubernur Kalsel, Samahuddin tak berani memastikan.
“Sekarang belum saatnya baca peluang. Sebab hasil pileg sendiri belum diketahui,” tambahnya.
Di sisi lain, akademisi Variani Pura Damaiyanti juga memberikan pandangannya. Menurutnya, keluarnya Rifqi dari PDIP ini adalah hal yang biasa dalam dunia politik.
Ia bahkan menyambut baik dengan masuknya Rifqi ke dalam bursa calon gubernur Kalsel.
“Artinya beliau masih ingin mengabdi kepada banua kita,” jelasnya.
Apalagi Rifqi belum lama ini juga terlihat bersilaturahmi dengan beberapa elit partai politik di Banua.
Lantas apakah ini merupakan salah satu manuver politik dari Rifqi? Lagi-lagi menurut Varinia, itu wajar. Sudah biasa.
“Ya sah-sah saja, selama tidak melanggar aturan dalam kepemiluan. Tunggu saja; apakah beliau memang benar masuk dalam bursa Pilgub Kalsel?” pungkasnya.
